Advertisement

Responsive Advertisement

Temukan Jalan Menuju Kebahagian


Kebahagiaan merupakan harapan semua insan. Kebahagiaan sering dikaitkan dengan perasaan dan emosi yang mempengaruhi kehidupan seperti kesenangan atau kegembiraan dan penilaian terhadap kualitas hidup yang mencakup apa yang sedang dirasakan saat ini seperti emosi, suasana hati, jepuasa hidup dan perasaan. 

Bahkan seorang profesor perempuan bernama Sonja Lyubomirsky menggambarkan kebahagiaan sebagai pengalaman, kegembiraan, kepuasan, atau keadaan positif yang dikombinasikan dengan perasaan bahwa hidup seseorang itu baik, bermakna dan berharga.

Lantas bagaimana kebahagiaan menurut Islam?

Makna kebahagiaan menurut Islam bukanlah diukur dengan banyaknya kekayaan. Padahal kebahagiaan sangat jauh bila hanya diukur dari kekayaan semata. Kebahagiaan berupa kesehatan, ketenangan hati, kesempatan, dan sebagainya luput dihitung.

Rasulullah SAW bersabda manusia dibekali hati nurani sebagai penentu kebaikan dan keburukan. “Untuk itu kita harus pandai-pandai menjaga hati karena akan berpengaruh ke semuanya. Melapangkan dada adalah salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan supaya bisa menerima cahaya iman”, 

Lalu bagaimana cara kita menggapai kebahagiaan tersebut?

Tanda kebahagiaan bagi orang beriman yang lainnya, tercermin ketika dia ditimpa tiga hal dalam hidupnya. Pertama, jika diberi diberi dia bersyukur. Kedua, jika diuji dia bersabar. Ketiga, jika dia berbuat dosa, maka dia segera beristighfar.

Syaikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah berkata, "Tanda kebahagiaan seorang hamba adalah ikhlasnya dia dalam beribadah kepada Allah, dan usahanya untuk memberi manfaat kepada makhluk, sebagaimana tanda kesengsaraan seorang hamba, adalah tidak adanya dua perkara ini dalam dirinya, tidak ada keikhlasan, dan tidak pula berbuat baik kepada sesama.

Selain yang dijelaskan diatas, dengan kita meyakini bahwa kebahagiaan hakiki hanyalah di akhirat, maka sebagai orang yang beriman tidak akan menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya. Orang beriman hendaknya berpikir bahwa hidup akan kekal di akhirat dan dunia hanyalah sementara. Kalau orientasi kebahagiaan di akhirat maka Allah juga pasti akan memberikan sarana kebahagiaan dunia untuk menuju kebahagiaan di akhirat. Jangan sampai kebahagiaan dunia justru memperdaya kan diri dan melalaikan akan kebahagiaan hakiki di akhirat.

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَاۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ 

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash ayat 77).


Penulis : Tiara Ayu

Posting Komentar

0 Komentar